
LATAR BELAKANG
Pendidikan dipercaya mampu mengemban tugas dalam menyiapkan sumber daya manusia yang andal sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan. Tidak hanya di negara maju, di negara berkembang pun mereka percaya bahwa kemajuan pembangunan yang dicapai tidak terlepas dari peranan pendidikan yang dijalankan dengan baik. Demikian pula di Indonesia, sadar benar akan peran pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara ini. Untuk itu telah dilakukan upaya peningkatan mutu pendidikan di negara ini dengan berbagai cara. Namun demikian, sampai saat ini hasilnya belum secara signifikan mampu meningkatkan mutu pendidikan seperti yang diharapkan. Sebaliknya disisi lain, beberapa waktu yang lalu malah masih maraknya tawuran antar siswa, sementara yang lain banyak yang terseret dalam kasus narkoba dan judi online.
Fenomena itu bukan saja terjadi di kota besar saja, tetapi juga merambah sampai ke kota kecil. masyarakat dan bahkan murid kita kini banyak yang menjadi sensitif, menjadi meledak-ledak oleh hal yang kecil. Suka atau tidak, hal tersebut (disisi lain) merupakan cerminan akibat dari kurang berhasilnya pelaksanaan pendidikan di negara ini yang masih hanya mengedepankan pembangunan kecerdasan intelektual (IQ) semata dan kurang memperhatikan kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan emosional (Emotional Quotient), kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) dan kecerdasan lainnya. Selain itu, kini jumlah pengangguran dari tahun ke tahun kian bertambah yang berakibat pada membengkaknya angka kemiskinan yang dapat berujung pada semakin beratnya beban yang dipikul negara. Berkaitan dengan semakin membengkaknya angka pengangguran, hal ini dapat diasumsikan kurang berhasilnya pendidikan dalam memberdayakan dan memberi bekal murid dengan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan dalam mengarungi kehidupan ini yang semakin kompleks. Kini kita menyadari bahwa pelaksanaan pendidikan kita masih banyak mengalami kekurangan.
Seiring dengan keterpurukan pendidikan nasional dengan melihat beberapa indikator yang mengemuka melahirkan keprihatinan yang mendalam terhadap kesuksesan lembaga pendidikan formal, termasuk di dalamnya madrasah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Selain itu juga keprihatinan muncul setelah melihat kondisi riil di masyarakat, yakni begitu banyak lulusan pendidikan dasar dan menengah yang tidak melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya, sehingga tidak sanggup mencari kehidupan yang layak apalagi hidup secara mandiri akibat tidak memiliki kecakapan hidup (life skill).
Pendidikan selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran. Pengamatan terhadap praktek pendidikan sehari-hari menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan agar murid menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi seberapa jauh penguasaan itu dicapai murid. Bagaimana keterkaitan antara materi dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah/problem kehidupan, belum mendapatkan perhatian yang selayaknya. Pendidikan seakan-akan terlepas dari kehidupan sehari-hari dan masalahnya, apa strategi untuk memperbaiki kinerja pendidikan kita?.
Keprihatinan-keprihatinan diatas melahirkan pemikiran baru bahwa selayaknya setiap jenjang pendidikan seluruh mata pelajaran terintegrasi dengan konsep kecakapan hidup (life skill). Hal ini sejalan pula dengan kehendak UNESCO agar pendidikan mengupayakan 4 pilar utama sebagai tujuan pendidikan, yaitu; belajar melakukan (learning to do), belajar mengetahui (learning to know), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to life together).
Apa yang diamanatkan oleh Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jadi, pada akhirnya apapun kemasan dan isi kurikulum pendidikan nasional, tujuan pendidikan adalah membantu murid agar nantinya mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara. Dengan demikian, materi mata pelajaran haruslah dipahami sebagai alat, dan bukan sebagai tujuan. Sebagai alat, artinya berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik, agar pada saatnya nanti siap digunakan untuk bekal hidup dan kehidupan, bekerja untuk mencari nafkah dan bermasyarakat. Semuanya itu terangkum dalam bingkai kecakapan hidup (life skill) yang memadai untuk bekal hidupnya baik sebagai tenaga kerja atau pun sebagai warga masyarakat.
Madrasah memiliki peran yang sangat strategis, sangat diharapkan menjadi pionir dalam berperan bagi pembentukan jiwa agamis, penuh cinta yang akan melandasi kecerdasan dan keterampilan murid. Melalui proposal ini, Madrasah Aliyah Negeri 2 Brebes berupaya mengoptimalkan kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik mencakup kompetensi-kompetensi sebagai berikut :
- Pengetahuan
- Keterampilan
- Kecakapan
- Kemandirian
- Kreativitas
- Kesehatan
- Akhlak
- Ketaqwaan dan
- Kewarganegaraan
Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Brebes, kompetensi-kompetensi tersebut selain diwujudkan dengan kegiatan formal yang dikemas dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada kelas reguler dan ekstrakurikuler (Robotik, Riset, Animasi dan Tahfidz, Pramuka, Palang Merah Remaja, English Study Club, Patroli Keamanan Sekolah, Karya Ilmiah Remaja, Paskibra, Olahraga Prestasi, dan Apresiasi Seni). Kegiatan ekstrakurikuler tersebut diarahkan untuk membina dan mengembangkan kreatifitas siswa baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Hal ini sesuai dengan kurikulum saat ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas kepada satuan pendidikan dalam mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada murid, mengedepankan penguatan karakter, kompetensi, dan literasi yang relevan dengan era digital.
Berdasarkan tuntutan kurikulum tersebut, serta sesuai dengan visi dan misi madrasah, setiap sivitas akademika MAN 2 Brebes senantiasa berusaha agar dapat meningkatkan partisipasi aktif dan kreaktivitas para peserta didik guna mengaktualisasikan potensi para siswa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi aktif dan kreaktivitas peserta didik yaitu dengan mengadakan berbagai kegiatan ektrakurikuler yang di kemas dalam bebagai kegiatan, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Mandubes Smart Competition (MASCOT) adalah ajang kompetisi yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas murid dalam berbagai bidang akademik dan non-akademik, sesuai dengan tujuan Kurikulum Merdeka. Kompetisi ini bertujuan untuk memotivasi murid untuk belajar dan berkembang dalam berbagai aspek, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan kreativitas. Kegiatan ini di kemas dengan nama “MANDUBES SMART COMPETITION (MASCOT) ” Tahun 2025.